Wahyu Widodo tidak
hanya lolos dari ganasnya siksa ‘neraka’ sirkuit Kenjeran di IndoPrix
(IP) Seri IV (30/10) lalu. Tapi, mampu menapaki podium dua, sekaligus
mencetak sejarah sebagai pembalap yang disokong pabrikan Honda meraih
podium di balapan paling bergengsi Indonesia 2011.
“Rahasianya mengatur rasio kompresi,” bisik Akiang, pawang Honda Supra X
125 besutan Wahyu. Dalam ilmu motor bakar, rasio kompresi memegang
peranan penting. Karena, di sinilah power motor diatur. Tenaga mesin mau
dibikin galak atau lembut, ya memang kompresi mesin ini yang
diutak-atik. Biasanya ditandai dengan angka.
Angka menyatakan perbandingan volume antara volume total silinder dengan
volume ruang bakar. Isi total itu penjumlahan dari volume silinder dan
volume ruang bakar. Volume silinder simbolnya V2. Sedang volume ruang
bakar diberi simbol V1. Sehingga perbandingan kompresi memakai rumusan,
Cr= (V1+V2)/(V1).
Nah, semakin tinggi rasio kompresi, semakin sempit V1 atau semakin besar
V2, semakin tinggi pula tenaga yang dihasilkan. Artinya, semakin kecil
volume ruang bakar berarti pemadatan bahan bakar–udara jadi semakin
padat, sehingga ledakan pembakaran semakin besar, semakin besar pula
tenaganya.
Namun tidak selamanya tenaga besar menguntungkan. Contohnya di Kenjeran
kemarin, Akiang justru menurunkan kompresi. “Biasanya pakai kopresi
13,7 : 1. Tapi kemarin cukup 13,2 : 1,” tegas pria kutilang alias kurus
tinggi langsing ini.
Kem dipercaya durasi 273 derajat baik untuk klep in maupun out. Komporesi 13,2 : 1, mujarab!
Kompresi
turun, panas yang dihasilkan juga tidak begitu tinggi. Jadi bisa awet
karena suhu Kenjeran yang saat itu terik ketika sesi balapan.
Selain itu, kompresi tinggi juga bikin tenaga galak. Motor lebih liar
dan susah dijinakkan. Akibatnya, langkah masuk-keluar tikungan jadi
merepotkan. Makanya, paling pas kompresi rendah.
Apalagi motor dipacu sejauh 30 lap di Kenjeran. Itu setara dengan 27
kilometer. Ditambah lagi dengan siksaan suhu udara yang mencapai 42
derajat celcius. Suhu di lintasan lebih gila lagi, 72 derajat celcius,
Bro! So, kompresi rendah bikin mesin awet dari risiko mesin jebol.
Toh meski begitu, suplai bahan bakar tetap menjadi fokus perhatian
berikutnya. Karena, bahan bakar, selain sebagai sumber tenaga, juga
sebagai pendingin mesin. Makanya, diperlukan bahan bakar beroktan
tinggi.
Kenapa harus pakai oktan tinggi? Oktan bertugas mencegah agar jangan
cepat terbakar! Bukankah bensin yang mudah terbakar lebih oke? Oh no itu
tidak benar. Pada waktu pembakaran telah ditentukan berdasarkan siklus
atau langkah kerja mesin.
Langkah singkatnya begini, bensin disedot oleh mesin dikompresi pada
langkah kompresi sekaligus dicampur dengan udara. Pada saat inilah
terjadi kenaikan suhu dan tekanan bensin di dalam silinder. Suhu
tersebut bisa memicu bensin terbakar dengan sendirinya alias pembakaran
dini. Bahasa londonya, pre-ignition.
Makanya, untuk mencegah pre-ignition inilah ditambahkan oktan di dalam
bensin. Dulu biasa disebut timbel atau PB. Makin tinggi nilai oktan,
tambah hebat kemampuan mencegah pre-ignition.
Itulah mengapa Akiang tidak mentah-mentah mempercayakan pada bensol
biru. Oktan bensol biru (100) dirasa masih kurang mengolah panas.
Makanya harus dicampur lagi dengan bahan bakar balap alias racing fuel
bermerek VP yang memiliki oktan 110.
Bukan hanya pemakaian oktan yang lebih tinggi, kandungan aditif pada VP
juga diyakini lebih kaya. Bensin balap ini dioplos dengan perbandingan
1:3. 1 liter VP dipadu 3 liter avgas biru.
Selanjutnya, tinggal mengatur debit oplosan bahan bakar tadi ke mesin
dengan paduan spuyer gajah. Karburator Mikuni TM 28 diisi spuyer 150/25.
Semprotan bahan bakar ini dibakar pada 35 derajat sebelum piston
menyentuh Titik Mati Atas (TMA) di putaran mesin 7-9 ribu rpm.
Hasilnya efektif. Tenaga Supra X 125 racikan tim Honda OEI Aries Putra
Federal Oil Kawahara INK ini tidak pernah ngedrop meski sudah dipacu 30
lap.
Suhu mesin pun tidak mengkhawatikan. Dilihat pada data logger,
menunjukkan angka 132 derajat celcius. Asal tahu saja, motor akan macet
bila suhu mesin menyentuh 165 derajat. Padahal, motor ini meraung
hingga 16 ribu rpm.
Enggak heran jika Wahyu mencetak sejarah Honda. Karena kompresi turun
dan kadar timbel dalam additif. Sehingga suhu mesin lebih turun dengan
panas yang tidak melonjak tinggi. Juga didukung busi tahan panas
menggunakan Denso Iridium UI 27.